MENULIS DI KOTAK-WASIAT

Setiap dari kita seharusnya memiliki surat wasiat. Wasiat apa saja yang akan disampaikan untuk kehidupan ini. Wasiat kepada anak-anak cucu kita, kepada orang lain. Menulis wasiat adalah sesuatu yang berharga untuk kehidupan ini. Banyak dari kita telah menulis wasiat, karena mereka memahami bahwa usia mereka cukup terbatas. Dengan menulis wasiat, berarti mereka telah memperpanjang usia mereka. Meski tubuh mereka berada di alam kubur, namun ide-ide mereka tetap hidup. Apalagi wasiat mereka berguna sebagai nasehat yang ikut memperbaiki kehidupan kemanusiaan yang semakin hari nilainya semakin bergeser dan pudar. Mereka mungkin telah di alam kubur, namun mereka tetap menerima amal jariah, karena nasihat-nasihatnya. Investasikanlah nasehat Anda untuk kehidupan ini dan petiklah amalannya di akhirat. Karena itu, menulislah surat wasiat di mana saja, termasuk di kotak-wasiat ini. Tulisalah wasiat dan nasihat-nasihat Anda. Toh, tidak ada salahnya menulis nasehat, yang kelak juga menjadi sejarah dan catatan buat Anda sebagai penulis wasiat. Jika ingin mengirim tulisan wasiat, silahkan kirim ke ishakmakassar@yahoo.com Mungkin kami akan mengedit redaksinya. Mari berwasiat untuk kehidupan ini. Wassalam.


Nikmatnya Bercinta

By M. Ishak Zainal

Kapankah dikatakan cinta itu cinta? Dan kapankah nafsu itu adalah nafsu? Cinta dan nafsu setipis daun bawang. Dunia muda-mudi penuh gelombang godaan. Dalam asmara muda-mudi, permata diri adalah sasaran godaan nafsu. Seorang yang tengah dilanda asmara, kadang mengorbankan permata bahkan kehormatan dirinya demi kekasih yang dicintainya.
Dia rela mengorbankan permatanya dengan harapan agar kekasihnya lebih mencintainya. Padahal semua itu justru jauh dari harapannya, jauh dari impiannya. Itu hanyalah jebakan-jebakan ilusi pikiran. Itu hanyalah godaan-godaan nafsu yang penuh jebakan agar kedua insan bercinta ini jatuh dalam lumpur kehidupan. Kenyataannya, ketika mengorbankan permata dirinya, dia ditinggalkan bahkan dicampakkan oleh kekasih yang dicintainya.
Seorang gadis yang cerdas, tentu tak akan menyerahkan permata dirinya meski kepada kekasih yang dicintainya. Dia juga tidak akan takut kehilangan kekasihnya, demi mempertahankan permata dirinya, sebab dia belajar dari pengalaman dan kehidupan yang sudah mengisahkan ribuan duka yang tercecer. Dia juga belajar bahwa ketika menyerahkan mahkota dirinya, maka disitulah awal kehancuran cintanya, Di situ pula aura kecantikan yang bersumber dalam tubuhnya akan memudar. Dia sadar bahwa ketika dia mempertahankan permata dirinya adalah ujian kepada kekasihnya, apakah kekasihnya mencintai karena nafsu atau memang cinta secara tulus.
Dalam kehidupan asmara ini, memang telah banyak menceritakan tragedi tercampaknya para pecintanya ke lumpur kehidupan, akibat mengorbankan permata dirinya. Mereka adalah deretan para korban tentang keinginan meraih cinta suci, namun kandas karena tergoda merasakan kenikmatan yang terlarang.
Nikmatnya bercinta sesungguhnya bukanlah pelampiasan nafsu, tetapi bagaimana mengekang nafsu. Bila mereka yang bercinta mampu melewati godaan-godaan nafsu, maka mereka akan meraih yang lebih nikmat dari kenikmatan atas impian indahnya cinta itu sendiri. Sang kekasih pun akan mengagumi sang kekasihnya.
Ada suatu kata bijak yang perlu direnungkan.
Wanita menyerahkan tubuhnya untuk meraih cinta, sementara lelaki mencintai untuk memuaskan nafsunya.
Ungkapan bijak itu kelihatan kontradiktif yang tidak sepenuhnya dibenarkan oleh mereka yang bercinta. Namun juga tidak terbantahkan. Karena masing-masing kisah asmara membuktikan ungkapan itu di realitas.
Karena itu, jika percintaan yang jalani lebih mengarah kemaksiatan, bahkan sekalipun telah terjebak jauh dalam wilayah maksiat, lebih baik segera bersikap, tinggalkan dunia asmara yang penuh maksiat itu, lalu tobatlah segera. Karena cinta bukan lagi cinta tapi pelampiasan nafsu yang terselubung atas nama cinta. Baca selanjutnya

About This Blog

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP