MENULIS DI KOTAK-WASIAT

Setiap dari kita seharusnya memiliki surat wasiat. Wasiat apa saja yang akan disampaikan untuk kehidupan ini. Wasiat kepada anak-anak cucu kita, kepada orang lain. Menulis wasiat adalah sesuatu yang berharga untuk kehidupan ini. Banyak dari kita telah menulis wasiat, karena mereka memahami bahwa usia mereka cukup terbatas. Dengan menulis wasiat, berarti mereka telah memperpanjang usia mereka. Meski tubuh mereka berada di alam kubur, namun ide-ide mereka tetap hidup. Apalagi wasiat mereka berguna sebagai nasehat yang ikut memperbaiki kehidupan kemanusiaan yang semakin hari nilainya semakin bergeser dan pudar. Mereka mungkin telah di alam kubur, namun mereka tetap menerima amal jariah, karena nasihat-nasihatnya. Investasikanlah nasehat Anda untuk kehidupan ini dan petiklah amalannya di akhirat. Karena itu, menulislah surat wasiat di mana saja, termasuk di kotak-wasiat ini. Tulisalah wasiat dan nasihat-nasihat Anda. Toh, tidak ada salahnya menulis nasehat, yang kelak juga menjadi sejarah dan catatan buat Anda sebagai penulis wasiat. Jika ingin mengirim tulisan wasiat, silahkan kirim ke ishakmakassar@yahoo.com Mungkin kami akan mengedit redaksinya. Mari berwasiat untuk kehidupan ini. Wassalam.


Pelacur dan Ilmuan

By. M. Ishak Zainal

APA persamaan antara pelacur dan ilmuan? Ketika kita mengajukan pertanyaan ini kepada pelacur, tentu pelacur akan bangga, karena status sosialnya terangkat. Namun, bila kita menyodorkannya kepada ilmuan, tentu ilmuan tersinggung, karena seakan menyamakan antara ilmuan dengan pelacur.

Tapi ada ilmuan yang memiliki jawaban nakal. Dia adalah Stepen Willian Hawking. Seorang ilmuan besar di bumi ini. Ia malah mengatakan bahwa ilmuan dan pelacur itu sama. Mereka dibayar untuk sesuatu yang mereka nikmati.

Ilmuan–dan pelacur memang bekerja untuk sesuatu yang mereka nikmati. Seperti halnya juga dengan pelacur, seorang ilmuan kerap juga didorong nafsu mereka. Nafsu para ilmuan adalah nafsu ingin tahu dan ingin mengguasai metode dan memahami lingkup permasalahan secara detail dan lengkap.

Mereka : pelacur dan ilmuan malah bisa disamakan meski profesi berbeda. Mereka memiliki rasa ketagihan. Para pelacur tak mudah menghentikan jalan hidupnya lantaran telanjur merasakan kenikmatan yang sangat. Ilmuan pun tak pernah berhenti bertualan mencari ilmu.
Mereka yang memilih jalan sebagai pelacur adalah jalan hina untuk dirinya sekalipun dengan dalih keterpaksaan. Mereka para pelacur mungkin hanya mencemari satu atau sekelompok orang saja untuk merasakan kenikmatan yang haram.

Mereka yang menempuh jalan ilmuan adalah jalan mulia dan halal. Jalan itu mulia karena dengan ilmunya. Ia dapat mencerahkan kehidupan masyarakat sekaligus ilmuan mendapat materi yang wah dan halal. Sungguh jutaan manusia berharap dari ilmua agar mereka tercerahkan atas hasil pemikiran-pemikiran ilmuan. Sungguh ilmuan adalah mahluk istimewa.
Syukurlah, melihat silmbol-simbol gelar, secara kuantitas ilmuan kita semakin bertambah bahkan mungkin berbanding dengan pertumbuhan para pelacur. Alhamdulillah, dari segi simbolisasi, ilmuan kita banyak. Ini berarti masyarakat akan semakin tercerah.

Pertambahan ini juga karena simbol-simbol gelar keilmuan dengan mudahnya begitu diperoleh di lembaga pendidikan yang hanya berorientasi profit. Dengan uang segompok simbol keilmuan pun bisa diraih.

Tapi apakah ilmuan kita itu juga seorang yang menjaga nilai-nilai integritasnya sebagai pondasi bagi seorang ilmuan? Seorang yang bukan saja kaya atas pengetahuan tetapi memiliki integritas, mampu memilah baik dan buruk, benar atau salah. Seorang yang tak hanya menggunakan ilmunya untuk merekonstruksi suatu permasalahan, tetapi juga mempersoalkan dampak sosial hasil-hasil penelitian ilmiah dan keputusan politik.

Apakah ilmuan kita memiliki integritas? Tak mudah menjawab pertanyaan itu. Bila ilmuan kita tidak memiliki integritas, berarti ilmuan kita hanya akan melacurkan dirinya yang bertentangan kemaslahatan umat. Mereka bekerja dan menikmati pekerjaannya karena sekadar meligitimasi pesan-pesan proyek penguasa yang berkolusi dengan pengusaha. Mereka sekadar menjadi legitimasi pembenaran terhadap langkah-langkah penguasa.

Kalau ilmuan kita hanya berfungsi memberikan legitimasi pembenaran saja pada proyek-proyek yang kontrakditif dengan kemaslahatan umat, maka tentu Hawkin benar: Apa bedanya antara ilmuan dan pelacur. (Penerbitan Kampus Identitas 27 September 2001)

About This Blog

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP