Dunia Kaum Demonstran
By M. Ishak Zainal
DI maza penjajahan kolonealisme Belanda, seorang pejabat Belanda pernah berpesan kepada seorang pimpinan perguruan tinggi (rektor), agar anak-anak muda pembangkang segera dipecat dari dunia kemahasiswaan. Tapi Rektor tidak melayani paket pesanan itu seperti masa kini. Mereka malah berpesan untuk melindungi anak-anak muda yang dianggap para pemberontak itu.
“Jagalah anak-anak muda pemberontak itu, karena kelak merekalah yang akan memimpin dan mengatur bangsanya.” Anak muda pembangkang itu adalah Soekarno beserta kawan-kawannya.
Cerita di atas sebuah pengalan dari cerita anak muda-mahasiswa yang resah atas tekanan penguasa. Mereka resah, karena kaum aktivis diperlakukan bagai hidup di bukan negerinya, ditikam diculik bahkan dibunuh.
***
Anak-anak muda memang perlu dijaga, termasuk menjaga kemurnian idealismenya. Di sini membutuhkan kearifan dalam menuntun mereka dalam pencarian kebenaran kenyataan. Mereka membutuhkan saluran ketika diperhadapkan antara kebenaran dalam pikiran dan kebenaran berdasarkan kenyataan. Karena saluran idealisme yang terpasung kelak akan berujung, frustasi atau menumbuhkan sikap radikalisme dalam gerakan.
***
Di dunia kemahasiswaan, kerap melintas sejumlah mahasiswa menyalurkan aspirasinya melalui aksi demontrasi. Kita menyaksikan betapa mereka penuh semangat menerikkan keresahan. Bahkan tak jarang kita kagum terhadap mereka tentang kecemerlangan intelektualnya yang mendobrak opini public. Mereka mampu merekonstruksi realitas lain yang telah terisi iklan-iklan politik dan sejumlah konflik kepentingan. Kita dihentakkan oleh mereka dengan cara memikat dan merebut perhatian publik dalam mengungkap kenyataan-kenyataan yang selama ini mungkin kita sepelekan.
Dunia kaum demonstran memang adalah dunia yang meraih kegembiraan yang begitu mahal. Dunia yang begitu pelik dan penuh resiko. Dunia yang menimbulkan rasa perih, ketika menemukan berbagai kenyataan yang absurb dari harapan yang selalu dijanjikan.
Itu pula sebabnya, dunia kaum demontran adalah dunia yang begitu konflik dan teramat susah ditebak. Mereka selalu saja merefleksikan keresahannya yang senantiasa kita atur dengan kontrol yang begitu serba ketat.
Dunia demontran mungkin panggilan hidup untuk meneriakkan keresahannya di jalan-jalan. Ketika dialog dan seminar bukan sebagai solusi atas berbagai penyelewengan di negeri ini. Dunia demontran adalah dunia yang penuh resiko namun dunia yang tak pernah mati atau ditinggalkan zaman. Setiap generasi tumbuh untuk memainkan perannya sesuai dengan momen panggilan zaman, meskipun kadang menjadi tumbal atas perjuangannya. (Identitas. 21 Juni 1996)