MENULIS DI KOTAK-WASIAT

Setiap dari kita seharusnya memiliki surat wasiat. Wasiat apa saja yang akan disampaikan untuk kehidupan ini. Wasiat kepada anak-anak cucu kita, kepada orang lain. Menulis wasiat adalah sesuatu yang berharga untuk kehidupan ini. Banyak dari kita telah menulis wasiat, karena mereka memahami bahwa usia mereka cukup terbatas. Dengan menulis wasiat, berarti mereka telah memperpanjang usia mereka. Meski tubuh mereka berada di alam kubur, namun ide-ide mereka tetap hidup. Apalagi wasiat mereka berguna sebagai nasehat yang ikut memperbaiki kehidupan kemanusiaan yang semakin hari nilainya semakin bergeser dan pudar. Mereka mungkin telah di alam kubur, namun mereka tetap menerima amal jariah, karena nasihat-nasihatnya. Investasikanlah nasehat Anda untuk kehidupan ini dan petiklah amalannya di akhirat. Karena itu, menulislah surat wasiat di mana saja, termasuk di kotak-wasiat ini. Tulisalah wasiat dan nasihat-nasihat Anda. Toh, tidak ada salahnya menulis nasehat, yang kelak juga menjadi sejarah dan catatan buat Anda sebagai penulis wasiat. Jika ingin mengirim tulisan wasiat, silahkan kirim ke ishakmakassar@yahoo.com Mungkin kami akan mengedit redaksinya. Mari berwasiat untuk kehidupan ini. Wassalam.


Kepada Kaum Reformis

By. M. Ishak Zainal

Kesadaran adalah matahari
Kesabaran adalah bumi
Keberanian menjadi cakrawala
Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata
(Penggalan lirik lagu Iwan Fals)

KAWAN, penculikan dan kematian mahasiswa mengetuk jendela hatimu. Lalu nurani terpanggil. Engkaupun turun jalan. Berbaur hingga menjadi kekuatan massa. Panji-panji gerakan moral kau lakonkan. Lalu bendera solidaritas sesame mahasiswa kau kibarkan. Engkau mengecam penculikan dan pembunuhan mahasiswa Tri Sakti. Engkau dipersatukan oleh duka : Luka mahasiswa adalah lukamu juga.

Duka menyelimuti hatimu. Duka menghempas ketakutan, menyadarkan alam bawah sadarmu. Keberanianmu pun muncul seiring tak sakralnya lagi arti sebuah ancaman dan resiko. Kesucian idealisme sebagai pemuda-pemudi mahasiswa telah menjadi bendera perjuanganmu. Lalu engkau mengibarkan bendera perjuangan moral. Sejarah telah memanggil. Dan orang-orang harus disadarkan atas hak-hak yang dihisap para penguasa di negeri ini.

Engkau turun jalan, mengemban amanat dan menyuarakan jerit mahluk terluka. Kau bangunkan rakyat dari buaian panjang. Penyelewengan kau kabarkan ke mana-mana. Mereka yang hanya menjadi benalu di negeri ini, serakah, bermental penindas tiba-tiba gematar menghadapimu. Mereka pun ramai-ramai mengganti topeng mereka meski tetap dengan wajah yang sama : Para penindas. Mereka ketakutan lantaran hak-hak rakyat yang mereka tumpuk di rekeningnya akan terbongkar.

Kawan, berbagai ancaman yang membayangi langkahmu rupanya tidak menyurutkan perjuanganmu. Bahkan semakin memperkokoh semangat perlawananmu. Engkau berjuang serentak, bahu membahu dan menjalin solidaritas mahasiswa.

Soeharto pun terpaksa turun dari tahta kepresidenan 21 Mei 1998. Dunia lain khususnya di negara-negara diktator meniru aksi gerakan damai itu. Engkau pun tercatat dalam sejarah reformasi. Secara kolektif engkau adalah pelaku reformasi 98. Perjuanganmu adalah sejarahmu sendiri.

Kehengkanan Soeharto dari kursi kepresidenan meninggalkan kegembiraan dan sorak-sorai di jalan. Air mata haru mengalir sebagai simbol kemenangan. Engkau dan mereka menangis bangga saling berpelukan. Rakyatpun tak luput terharu sebagai ungkapan terima kasih atas upaya dirimu sebagai reformis-reformis muda. Wahai para demonstran, kini kemenangan telah kau raih.

Iya, kemenangan berada di pundakmu. Namun, kemenangan bukanlah akhir dari sebuah perjuangan. Lengsernya Soeharto bukan pula simbol berakhirnya perjuangan. Bukan! Genderang reformasi damai pun memanggilmu untuk kau kobarkan di jalan-jalan, di kantor-kantor, sebab perkara di negeri ini belum sepenuhnya tuntas. Masih banyak penyelewengan terselubung yang belum tersinngkap.
***

Kawan, kemenangan dan kekuatan memang telah di pundakmu. Namun jangan lupa, berdiri di atas kemanangan dan memanfaatkan kekuatan bukan tugas ringan. Menghindari dendam sejarah dalam berjuang bukan tugas gampang, meskipun rezim orde baru telah membangun mental-mental pendendam atas saham berbagai penindasannya.

Engkau adalah pejuang moral. Bukan mencontoh Pol Pot di Kamboja sana, membantai dua juta rakyatnya yang antikomunis. Bukan pula mencontoh pelaku orde baru ketika berhasil meruntuhkan kekuasaan orde lama, yang membantai habis komunis atau pun bukan komunis. Mereka yang dinilai sisa komunis dikejar, dilibas bahkan dibantai tanpa melewati proses pengadilan. Engkau orde reformasi. Moral sebagai panglima dan rasioanal adalah wilayah aksi perjuanganmu. Karena itu kawan, pertahankanlah moral perjuanganmu, ketajaman rasionalitas, kesucian dan komitmen atas visi perjuanganmu, sebab itulah yang membuatmu tetap bertahan untuk memberantas berbagai manipulatif di negeri ini.
***
Kawan, sejah lengsernya Soeharto, engkau masih tetap turun pawai mengemban amanat reformasi di tingkat lokal. Di berbagai kantor pun kedatanganmu disambut spanduk besar : Kami Mendukung Reformasi yang Konstitusional. Di balik spanduk, engkau berdiri bagai jaksa-jaksa muda. Berdialog dan menampik mereka, engkau pun menggugat : Di mana para penyeleweng amana rakyat dan paling banyak menanan saham atas hancurnya rakyat dan bangsa ini. Gugatanmu menggema bak penuntut maliakat utusan langit sana.
Di tempat mereka, engkau menagih tanggung-jawab masa lalu mereka. Engkau membuka kotak pengaduan, mengidentifikasi kebenaran issu, engkau lalu memisahkan antara isu dan fakta untuk mencegah para badut-badut politik dan fitnah.

Engkau sungguh bijak, arif menagih tanggung jawab masa lalu mereka melalui jalan kemanusiaan, keadilan dan menyeretnya ke lembaga pengadilan, sesuai sukma dan semangat reformasi itu.

Selamat berjuang kawan dan perjuanganmu adalah pelaksanaan kata-kata. Tetap melangkah berarti engkau bergerak menuju tujuan reformasi itu sendiri. (Identitas, Mei 1998).

About This Blog

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP